Palangka Raya, Oktober 2025 – Sebagai tindak lanjut dari partisipasi dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Manajemen Bencana yang dilaksanakan di Banjarmasin pada akhir September lalu, SD Muhammadiyah Pahandut (SDMP) mulai melakukan langkah konkret untuk menerapkan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di lingkungan sekolah.
Langkah awal tersebut diwujudkan dalam bentuk sosialisasi potensi dan mitigasi bencana, yang dilaksanakan secara bertahap. Kegiatan pertama dilakukan pada Jumat, 4 Oktober 2025 yang ditujukan kepada guru, tenaga kependidikan, dan staf SD Muhammadiyah Pahandut. Sosialisasi ini bertujuan membangun pemahaman kolektif mengenai pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana serta menyamakan persepsi seluruh warga sekolah dalam menerapkan prinsip-prinsip SPAB.
Kemudian, pada Senin, 06 Oktober 2025, kegiatan serupa dilanjutkan kepada siswa-siswi kelas tinggi, yaitu kelas IV hingga VI. Sesi ini difokuskan pada pengenalan jenis-jenis bencana yang berpotensi terjadi di lingkungan sekitar sekolah, serta langkah-langkah tanggap darurat yang harus dilakukan jika bencana benar-benar terjadi.
Bencana Bukan Sekadar Teori: Pendidikan Mitigasi Sejak Dini
Dalam sesi sosialisasi kepada siswa, guru yang telah mengikuti bimtek sebelumnya, yaitu Ibu Pertiwi Adi Puji Astuti dan Bapak Aan Yudi Prasetyo, menjadi fasilitator utama. Kegiatan disampaikan dengan metode edukatif yang menyenangkan, menggunakan media visual, simulasi ringan, dan diskusi interaktif agar mudah dipahami oleh siswa sekolah dasar.
![]() |
Penyampaian materi potensi bencana di sekolah oleh ibu Pertiwi |
![]() |
Penyampaian materi potensi bencana di sekolah bapak Aan |
Salah satu poin utama yang ditekankan adalah pentingnya mengenal tanda-tanda awal bencana, serta cara menyelamatkan diri dan membantu orang lain dengan tetap menjaga keselamatan pribadi. Mengingat letak geografis dan kondisi lingkungan sekolah, potensi bencana yang paling memungkinkan terjadi di SDMP adalah kebakaran, serta kemungkinan kecil banjir akibat cuaca ekstrem dan sistem drainase lingkungan.
“Kami ingin membangun kesadaran sejak dini bahwa kesiapsiagaan itu bukan untuk ditakuti, tapi untuk dipahami. Anak-anak perlu tahu apa yang harus dilakukan saat mendengar sirine, melihat asap, atau ketika terjadi situasi darurat lainnya,” jelas Ibu Pertiwi dalam sesi penyampaian materi.
Tak hanya fokus pada siswa, keterlibatan seluruh komponen sekolah—dari guru, tenaga kebersihan, hingga staf administrasi—juga menjadi elemen penting dalam penerapan SPAB. Seluruh warga sekolah diajak untuk bersama-sama membangun budaya sadar bencana melalui pelatihan rutin, penempatan jalur evakuasi yang jelas, simulasi evakuasi, serta pembentukan tim tanggap darurat sekolah.
![]() |
Siswi-siswi SDMP kelas tinggi sedang menyimak materi |
Menuju Lingkungan Belajar yang Aman dan Siap Hadapi Risiko
Kepala SD Muhammadiyah Pahandut mengapresiasi inisiatif tindak lanjut dari Bimtek tersebut dan menegaskan bahwa program SPAB akan menjadi bagian integral dalam perencanaan jangka panjang sekolah.
“Pendidikan tidak hanya tentang capaian akademik, tapi juga bagaimana kita menyiapkan anak-anak menjadi pribadi yang tangguh dan peduli terhadap keselamatan. Ini adalah bagian dari karakter Islami dan kemanusiaan yang menjadi nilai dasar Muhammadiyah,” ujarnya.
Kegiatan ini akan menjadi agenda rutin dalam kalender pendidikan SDMP, di mana akan dilakukan simulasi evakuasi berkala, peninjauan ulang terhadap potensi risiko di lingkungan sekolah, serta pembaharuan SOP tanggap darurat sesuai kebutuhan.
Dengan adanya sosialisasi ini, SD Muhammadiyah Pahandut menegaskan komitmennya untuk menjadi satuan pendidikan yang tidak hanya unggul dalam prestasi, tetapi juga siap dalam menghadapi potensi bencana, serta menjadi model Sekolah Aman dan Tangguh di wilayah Kalimantan Tengah. (Tim Julik)
0 comments:
Posting Komentar